p4k_r1m1n Tue Apr 20, 2010 9:52 amSebelumnya, saya ucapkan selamat atas diresmikannya kantor BPR Surya Yudha, Kas Kemangkon, Purbalingga. Meskipun jauh ke belakang sebelum kantor tersebut diresmikan, banyak terdapat ketidak-fair-an dan ketidaksopanan / arogan dalam pendiriannya. Sebelum kantor kas itu berdiri saya adalah pemilik hak guna (pengontrak) bangunan rumah tersebut.
Entah dari mana datangnya tiba-tiba pihak bank tanpa sebelumnya permisi, apalagi bernegosiasi dengan saya selaku pemilik hak guna, langsung bernegosiasi dengan pemilik rumah.
Berlatar belakang hubungan saya dengan pemilik rumah yang masih keluarga dan perjanjian kontrak rumah saya tidak memiliki surat perjanjian, maka dengan berat hati saya mencoba bertoleransi dengan menyerahkan hak guna tersebut kepada pihak bank hanya dengan meminta uang sisa kontrak dikembalikan, tanpa menuntut ganti rugi sedikit pun.
Karena saya berharap bahwa Bank yang berslogan mitra menuju sukses itu akan sadar dan berbaik hati menyadari kelakuannya dengan sedikit basa-basi meminta maaf, permisi, syukur-syukur memberi ganti rugi atas kejadian tersebut yang telah merugikan saya, baik secara moral maupun material sebagai wujud slogan mitra.
Tetapi harapan tinggallah harapan, ternyata nasib saya dipermainkan dengan beberapa kali perubahan rencana. Bahkan sampai kantor kas tersebut diresmikan tak ada sedikit pun pembicaraan yang melibatkan saya selaku korban.
Bahkan seolah-olah pihak bank menutup mata dan memanfaatkan kondisi saya yang kurang fit pada saat itu dengan melobi ke sana ke mari tanpa sedikit pun memikirkan perasaan saya. Akibat kejadian tersebut saya menderita kerugian secara moral maupun material di antaranya : Hubungan kekeluargaan saya dengan pemilik rumah dan keluarga besar saya menjadi renggang dan kurang harmonis.
Selama beberapa bulan saya tidak memiliki tempat usaha yang strategi sehingga penghasilan saya menurun drastis. Pelanggan banyak yang kecewa karena sampai sekarang saya tidak bisa melayani mereka dengan nyaman.
Berdasarkan pengalaman tidak mengenakkan tersebut saya mengambil pelajaran yang sangat berharga bahwa kekuasaan dan uang sangat mudah membeli persaudaraan, menghilangkan sopan santun, moral dan hati nurani.
Entah dari mana datangnya tiba-tiba pihak bank tanpa sebelumnya permisi, apalagi bernegosiasi dengan saya selaku pemilik hak guna, langsung bernegosiasi dengan pemilik rumah.
Berlatar belakang hubungan saya dengan pemilik rumah yang masih keluarga dan perjanjian kontrak rumah saya tidak memiliki surat perjanjian, maka dengan berat hati saya mencoba bertoleransi dengan menyerahkan hak guna tersebut kepada pihak bank hanya dengan meminta uang sisa kontrak dikembalikan, tanpa menuntut ganti rugi sedikit pun.
Karena saya berharap bahwa Bank yang berslogan mitra menuju sukses itu akan sadar dan berbaik hati menyadari kelakuannya dengan sedikit basa-basi meminta maaf, permisi, syukur-syukur memberi ganti rugi atas kejadian tersebut yang telah merugikan saya, baik secara moral maupun material sebagai wujud slogan mitra.
Tetapi harapan tinggallah harapan, ternyata nasib saya dipermainkan dengan beberapa kali perubahan rencana. Bahkan sampai kantor kas tersebut diresmikan tak ada sedikit pun pembicaraan yang melibatkan saya selaku korban.
Bahkan seolah-olah pihak bank menutup mata dan memanfaatkan kondisi saya yang kurang fit pada saat itu dengan melobi ke sana ke mari tanpa sedikit pun memikirkan perasaan saya. Akibat kejadian tersebut saya menderita kerugian secara moral maupun material di antaranya : Hubungan kekeluargaan saya dengan pemilik rumah dan keluarga besar saya menjadi renggang dan kurang harmonis.
Selama beberapa bulan saya tidak memiliki tempat usaha yang strategi sehingga penghasilan saya menurun drastis. Pelanggan banyak yang kecewa karena sampai sekarang saya tidak bisa melayani mereka dengan nyaman.
Berdasarkan pengalaman tidak mengenakkan tersebut saya mengambil pelajaran yang sangat berharga bahwa kekuasaan dan uang sangat mudah membeli persaudaraan, menghilangkan sopan santun, moral dan hati nurani.
