no3r4d1 Thu Apr 08, 2010 11:10 amTinggal beberapa hari lagi wasit akan meniup peluit panjang pertanda kick off akan segera dimulai. Di ajang pemilihan wali kota dan wakil wali kota Semarang, yang akan final pada 18 April 2010 nanti, tentunya menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh warga kota Lunpia. Wajar saja setiap pergantian pemimpin tentunya masyarakat mengharapkan akan perubahan yang lebih baik pada kotanya. Baik dari segi ekonomi, pembangunan infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan sebagainya.
Walau wasit belum meniup peluit panjang pertanda kampanye belum dimulai, namun dari para calon yang akan memperebutkan kursi nomor satu di Kota Semarang ini, sejak jauh-jauh hari sudah mulai melakukan aksi-aksinya untuk menarik simpati dari masyarakat kalangan bawah dan dengan berbagai cara yang mereka lakukan. Ada yang bersilturahmi ke kampus-kampus, para tokoh ulama, masyarakat pinggiran, ke korban bencana, bahkan sampai harus menyambangi pasar tradisional yang terkenal kotor dan berjubel.
Hal semacam ini mereka lakukan tidak lain hanya untuk mengambil simpati terhadap kalangan bawah. Sayang sekali di laga Pilwakot kota kelahiran saya ini, saya hanya bisa menyaksikan di luar tribun saja, permasalahannya karena saya sudah menetap di kota lain.
Namun seandainya saya masih mempunyai hak pilih atas Pilwakot, tentunya saya akan menilai dulu dari masing-masing calon sebelum mendaratkan pilihan, dan tidak akan terpengaruh oleh aksi-aksi dari para calon-calon pemimpin. Tiga hal yang menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan pilihan pemimpin apabila saya ikut berpartisipasi di ajang Pilwakot: Jujur, hal ini merupakan fondasi yang akan menjembatani pemerintahan yang bersih dari korupsi. Harus mampu untuk membawa amanat masyarakat kotanya, putra daerah. Dengan tiga penilaian saya, semoga menjadi bahan pertimbangan bagi masyarakat Semarang, sehingga
Pilwakot Semarang 2010 bisa mendapatkan seorang pemimpin yang benar-benar handal yang bisa mengatasi semua permasalahan di kota yang saya cintai ini. Selanjutnya Kota Semarang tidak hanya menjadi kota Atlas saja, tapi Semarang Kota Atlas + Beban.
Artinya, aman, tertib, lancar, asri, sehat, dan bebas banjir.
Walau wasit belum meniup peluit panjang pertanda kampanye belum dimulai, namun dari para calon yang akan memperebutkan kursi nomor satu di Kota Semarang ini, sejak jauh-jauh hari sudah mulai melakukan aksi-aksinya untuk menarik simpati dari masyarakat kalangan bawah dan dengan berbagai cara yang mereka lakukan. Ada yang bersilturahmi ke kampus-kampus, para tokoh ulama, masyarakat pinggiran, ke korban bencana, bahkan sampai harus menyambangi pasar tradisional yang terkenal kotor dan berjubel.
Hal semacam ini mereka lakukan tidak lain hanya untuk mengambil simpati terhadap kalangan bawah. Sayang sekali di laga Pilwakot kota kelahiran saya ini, saya hanya bisa menyaksikan di luar tribun saja, permasalahannya karena saya sudah menetap di kota lain.
Namun seandainya saya masih mempunyai hak pilih atas Pilwakot, tentunya saya akan menilai dulu dari masing-masing calon sebelum mendaratkan pilihan, dan tidak akan terpengaruh oleh aksi-aksi dari para calon-calon pemimpin. Tiga hal yang menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan pilihan pemimpin apabila saya ikut berpartisipasi di ajang Pilwakot: Jujur, hal ini merupakan fondasi yang akan menjembatani pemerintahan yang bersih dari korupsi. Harus mampu untuk membawa amanat masyarakat kotanya, putra daerah. Dengan tiga penilaian saya, semoga menjadi bahan pertimbangan bagi masyarakat Semarang, sehingga
Pilwakot Semarang 2010 bisa mendapatkan seorang pemimpin yang benar-benar handal yang bisa mengatasi semua permasalahan di kota yang saya cintai ini. Selanjutnya Kota Semarang tidak hanya menjadi kota Atlas saja, tapi Semarang Kota Atlas + Beban.
Artinya, aman, tertib, lancar, asri, sehat, dan bebas banjir.
