bimm0 Thu Apr 08, 2010 3:16 pmBeberapa waktu yang lalu Bapak SBY hatinya menjadi gusar dan risau karena demonstran membawa kerbau ditulisi SiBuYa dan ditempeli foto SBYdi pantat kerbau itu. Meskipun dalam penayangan di televisi Pak SBY tidak menampakkan kegusaran, tetapi wajahnya nampak "gethem-gethem" (geram).
Sebetulnya kalau kita diibaratkan seperti kerbau harusnya kita terima saja dengan hati legawa. Kerbau adalah mitra wong cilik yaitu petani, dalam menggarap sawah. Juga merupakan alat transportasi yang sangat vital di daerah pesisir Pulau Jawa sebelum alat-alat angkutan moderen ada, kira-kira jaman Belanda, Jepang, dan pasca-kemerdekaan. Kelihatannya hewan itu malas tetapi nyatanya tidak, bahkan penurut atau dengan kata lain ada sifat-sifat ketulusan dan keikhlasan. Kerbau tidak tahan panas makanya lebih senang berkubang di lumpur, berbeda dari sapi. Oleh karena itu dalam perjalanan menarik gerobak harus selalu diguyur air.
Kita jangan melihat sisi negatifnya dari seekor kerbau. Dalam sejarah pewayangan kerbau juga mempunyai peran-peran yang didongengkan oleh ki dalang, misalnya maesa sura, mahesa jenar. Juga dalam salah satu lagu Jawa ada kata-kata "kebo bongkang nyabrang kali bengawan, keong gondang njamprak sungute". Saya tidak tahu artinya apa. Bahkan pada jaman sejarah Bangsa Indonesia ada tokoh besar yang namanya disamakan dengan seekor hewan, yaitu Gajahmada patihnya Hayam Wuruk, Raja Majapahit. Di Kasunanan Surakarta ada sepasang kerbau bule yang diberi nama Kyai Slamet dan Nyai Slamet yang dikeramatkan oleh rakyat Kasunanan Surakarta. Pada hari-hari keramat tertentu kerbau-kerbau itu digiring ke Alun-alun Kota Surakarta. Beberapa suku di Indonesia juga mencantumkan nama binatang pada namanya seperti Sisingamangaraja, Singo Taruno, Singo Dimejo, Singo Maruto.
Ada juga orang Pakistan yang menggunakan nama Singh yang artinya singa. Padahal singa itu kejam, banyak memburu binatang kecil. Singa adalah raja hutan yang tidak memperdulikan binatang-binatang kecil. Tapi apalah artinya nama singa, siraja hutan, kalau sang singa itu pekerjaannya meneror dan menzolimi rakyatnya, yaitu binatang-binatang kecil. Bukankah lebih luhur kedudukan kerbau yang penurut yang pekerja, yang memberi bantuan pada wong cilik untuk mencari nafkah.
Pak SBY tak usah gusar lah.
Sebetulnya kalau kita diibaratkan seperti kerbau harusnya kita terima saja dengan hati legawa. Kerbau adalah mitra wong cilik yaitu petani, dalam menggarap sawah. Juga merupakan alat transportasi yang sangat vital di daerah pesisir Pulau Jawa sebelum alat-alat angkutan moderen ada, kira-kira jaman Belanda, Jepang, dan pasca-kemerdekaan. Kelihatannya hewan itu malas tetapi nyatanya tidak, bahkan penurut atau dengan kata lain ada sifat-sifat ketulusan dan keikhlasan. Kerbau tidak tahan panas makanya lebih senang berkubang di lumpur, berbeda dari sapi. Oleh karena itu dalam perjalanan menarik gerobak harus selalu diguyur air.
Kita jangan melihat sisi negatifnya dari seekor kerbau. Dalam sejarah pewayangan kerbau juga mempunyai peran-peran yang didongengkan oleh ki dalang, misalnya maesa sura, mahesa jenar. Juga dalam salah satu lagu Jawa ada kata-kata "kebo bongkang nyabrang kali bengawan, keong gondang njamprak sungute". Saya tidak tahu artinya apa. Bahkan pada jaman sejarah Bangsa Indonesia ada tokoh besar yang namanya disamakan dengan seekor hewan, yaitu Gajahmada patihnya Hayam Wuruk, Raja Majapahit. Di Kasunanan Surakarta ada sepasang kerbau bule yang diberi nama Kyai Slamet dan Nyai Slamet yang dikeramatkan oleh rakyat Kasunanan Surakarta. Pada hari-hari keramat tertentu kerbau-kerbau itu digiring ke Alun-alun Kota Surakarta. Beberapa suku di Indonesia juga mencantumkan nama binatang pada namanya seperti Sisingamangaraja, Singo Taruno, Singo Dimejo, Singo Maruto.
Ada juga orang Pakistan yang menggunakan nama Singh yang artinya singa. Padahal singa itu kejam, banyak memburu binatang kecil. Singa adalah raja hutan yang tidak memperdulikan binatang-binatang kecil. Tapi apalah artinya nama singa, siraja hutan, kalau sang singa itu pekerjaannya meneror dan menzolimi rakyatnya, yaitu binatang-binatang kecil. Bukankah lebih luhur kedudukan kerbau yang penurut yang pekerja, yang memberi bantuan pada wong cilik untuk mencari nafkah.
Pak SBY tak usah gusar lah.
